Paris, kota yang dijuluki “Kota Cahaya,” selalu menjadi impian bagi banyak traveler. Keindahan arsitekturnya, seni yang memukau, kuliner lezat, dan atmosfer romantisnya membuat siapa pun jatuh cinta. Nada Lavergne, seorang penjelajah dan penulis perjalanan, berbagi pengalamannya selama menjelajahi Paris dengan penuh keceriaan dan kekaguman. Dalam artikel ini, kita akan mengikuti perjalanan Nada selama lima hari di Paris, menikmati setiap momen tak terlupakan di kota yang memesona ini.
Hari Pertama: Kedatangan dan Pesona Menara Eiffel
Nada tiba di Paris pada pagi hari yang cerah. Setelah menempatkan barang di hotel kecil nan cozy di distrik Le Marais, ia langsung memulai petualangannya. Tujuan pertama? Menara Eiffel, ikon Paris yang wajib dikunjungi.
Dia memilih untuk berjalan kaki dari hotelnya menuju Champ de Mars, taman luas di depan Menara Eiffel. “Melihat menara ini dari kejauhan, perlahan semakin dekat, membuat jantung berdebar,” tulisnya. Nada memutuskan naik ke lantai dua dengan tangga untuk menikmati pemandangan secara bertahap. Dari atas, seluruh Paris terhampar—Sungai Seine, gedung-gedung klasik, dan atap-atap khas Paris yang indah.
Di malam hari, Nada kembali ke Menara Eiffel untuk melihatnya berkilauan dengan lampu-lampu yang memancar setiap jam. “Tidak ada yang bisa menggambarkan keindahan Menara Eiffel di malam hari kecuali melihatnya langsung,” katanya.
Hari Kedua: Seni dan Sejarah di Louvre & Île de la Cité
Hari kedua diisi dengan menjelajahi Museum Louvre, rumah bagi ribuan mahakarya seni dunia. Nada menghabiskan hampir setengah hari di sini, mengagumi Mona Lisa, Venus de Milo, dan lukisan-lukisan megah lainnya. “Louvre bukan sekadar museum, tapi labirin sejarah dan keindahan,” tulisnya.
Setelah puas menikmati seni, Nada berjalan menuju Île de la Cité, pulau kecil di tengah Sungai Seine yang menjadi jantung sejarah Paris. Di sini, ia mengunjungi Notre-Dame Cathedral (meskipun masih dalam renovasi setelah kebakaran 2019) dan Sainte-Chapelle dengan jendela kaca patri yang memesona.
Malam harinya, Nada menikmati makan malam di restoran tradisional Prancis di Quartier Latin, mencoba escargot (siput) dan coq au vin (ayam dalam anggur merah) untuk pertama kalinya. “Awalnya ragu, tapi ternyata lezat!” akunya sambil tertawa.

Hari Ketiga: Bohemian Montmartre & Seni Jalanan
Hari ketiga membawa Nada ke Montmartre, distrik seniman yang penuh karakter. Dia mengunjungi Basilika Sacré-Cœur, gereja putih yang berdiri megah di puncak bukit dengan pemandangan spektakuler seluruh Paris.
Setelah itu, ia berjalan-jalan di Place du Tertre, di mana para seniman jalanan melukis potret dan menjual karya mereka. Nada bahkan mencoba dilukis oleh salah satu seniman lokal. “Ini adalah cara yang menyenangkan untuk membawa pulang kenangan unik dari Paris,” katanya.
Di sore hari, Nada mampir ke Moulin Rouge, tempat kelahiran kabaret modern. Meski tidak menonton pertunjukannya, ia menikmati suasana sekitar yang penuh warna.
Hari Keempat: Wisata Kuliner & Sungai Seine
Paris tidak hanya tentang menara dan museum, tapi juga surga kuliner. Hari keempat Nada diisi dengan tur makanan. Dia memulai dengan sarapan croissant hangat dan café au lait di kafe tepi jalan, lalu melanjutkan ke Le Marché des Enfants Rouges, pasar makanan tertua di Paris.
Di sini, Nada mencoba crêpes, foie gras, dan keju-keju Prancis yang terkenal. “Setiap gigitan adalah petualangan rasa baru,” tulisnya antusias.
Sorenya, Nada menikmati tur kapal di Sungai Seine, melihat landmark Paris dari sudut yang berbeda sambil ditemani segelas anggur. “Melintasi sungai di bawah sinar matahari sore adalah pengalaman yang sangat romantis,” kenangnya.
Hari Kelima: Terakhir di Paris – Champs-Élysées & Menara Eiffel Lagi
Di hari terakhir, Nada menyusuri Champs-Élysées, jalan terkenal dengan toko-toko mewah dan kafe-kafe elegan. Dia mampir ke Ladurée untuk mencicipi macaron legendaris dan berbelanja suvenir di butik-butik kecil.
Sebagai penutup perjalanan, Nada kembali ke Menara Eiffel untuk melihat matahari terbenam. “Paris telah memberiku begitu banyak kenangan indah. Aku tahu suatu hari aku akan kembali,” tulisnya penuh haru.
Kesimpulan: Paris, Kota yang Selalu Memanggil
Perjalanan Nada Lavergne di Paris adalah bukti bahwa kota ini tidak pernah kehabisan pesona. Dari seni, sejarah, kuliner, hingga romantisme jalanannya, Paris selalu punya sesuatu untuk setiap traveler.
“Paris bukan sekadar destinasi, tapi perasaan,” kata Nada. “Dan perasaan itu akan selalu tinggal di hati.”
Bagi mereka yang merencanakan perjalanan ke Paris, Nada berpesan: “Jangan terburu-buru. Nikmati setiap detik, karena Paris adalah kota yang harus dialami, bukan hanya dikunjungi.”
Artikel oleh Nada Lavergne
Selamat menjelajah Paris! 🌟